Jumat, 18 Desember 2015

JIKA INI TENTANG MENEMANI / PERINDU TULUS,BUKAN PEMBURU MULUS



WARNING

Sederhananya ini tulisan split ,ada dua tulisan di bawah 
salah satunya tulisan gw dan yang satu lagi tulisan seseorang yang
nggak gw sebut namanya
tapi tulisan ini saling menyambung dan mengikat
kalo kalian ada waktu bisa kasih komen tulisan mana yang kalian suka
mention aja ke @Satriosv

Selamat Membaca :)




JIKA INI TENTANG MENEMANI

ini cuma tentang keegoisanku
ketidak inginan aku untuk mencoba 
penolakanku untuk kesembuhan ku sendiri

ada saat nya aku berpikir aku cuma butuh sunyi untuk menemani
karena itu aku jadi pemuja malam ,aku menjadi seorang pecandu
akan kesepian

aku membiarkan luka menganga dan menunggu untuk membusuk
aku tak sama sekali  berharap untuk di sembuhkan
karena aku tau penyakitku ini hanya akan menghapus nya jika
aku sembuh
dan aku membenci itu
anggap aku sedang mempertaruhkan segalanya untuk nya

apa ini pengorbanan yang sia-sia? entahlah
aku akan selalu berlindung di balik nama tulus
di setiap kata "jika sayang ini benar"
jika sayang ini tak pernah menuntut untuk di rindukan

biarkan aku menjadi penggugat akan kebahagian ku sendiri
aku merasa ini tak adil , aku akan mempertaruhkan masa depan ku sendiri
aku akan memaksakan takdirku untuknya aku tulis dengan tangan ku sendiri
maaf tuhan aku terlalu mencintainya

tapi ternyata tuhan baik, tak ada gelap yang terlihat tanpa sedikitpun terang
yang terlahir
ini tentang dia yang lain,yang hadir sebagai kata
yang terkagumi melalui kalimat yang membentuk sosok,
aku tak akan mengatakan siapa

aku senang menyebutnya sebagai "dia yang menemani"
dia menyebutku perindu tulus

kali ini aku biarkan malam yang cemburu padaku
karena waktuku tak sibuk dengannya lagi

aku telah di rebut, aku telah menjadi seseorang yang mengacuhkan malam
tapi aku masih si bodoh yang sama 

dia yang aku sebut menemani ,hadir sebagai pengganti setiap waktu kerinduan ku
pendengar yang baik untuk keluh resahku ,meminjamkan tiap waktu yang ia punya
untuk keegoisan ku dan penolakan ku untuk sembuh

apa dia sesabar itu? entahlah
aku belum benar-benar mengenalnya
yang aku yakinkan dia tak menuntut apa pun dariku
dia seikhlas itu,perlahan dia menjadi penghapus yang baik 
untuk luka ku,jika itu pun masih ada tersisa aku harap dia sabar
karena perindu tulus ini sudah melunak dan berniat sembuh karenanya 

karena jujur saja terkadang kita tak benar-benar membutuhkan saran ,karena kita terlahir untuk menjadi pintar dan cuma di sisakan hati , jadi jika hati yang menguasai dia hanya butuh di temani

mungkin saat ini kalian akan bertanya-tanya siapa dia yang menemani,aku tak kan memberi tau,tapi percayalah jika ada sewaktu waktu kamu mengenalnya ,kamu akan percaya kata-kataku

karenanya aku percaya luka bukan tentang rasa sakit tapi mengikhlaskan
bahagia bukan bagaimana dia hadir, tapi bagaimana nanti dia akan hadir sebagai yang terakhir

untuk dia yang menemani, percayalah kamu telah hadir sebagai penyampai pesan yang baik,
seperti katamu kopi akan terasa manis di akhir..... ,AH TIDAK, aku telah merasakan manisnya saat ini juga.

dan siapa pun yang nanti menjadi masa depannya ,maaf aku meminjamnya 
jika nanti kamu mengenalnya dan bahagia karenanya tolong sampaikan terima kasih sebaik yang aku bisa
karena menemani perindu tulus ini.



tulisan di bawah ini adalah karya dia tentangku, aku hanya meminjamnya agar sedekat itu pun kalian mampu merasa apa yang aku rasa


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>Di Bawah Ini>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>


PERINDU TULUS, BUKAN PEMBURU MULUS

Aku? Bukan. Ini tentang dia, dia yang selalu merindu bulan. Tapi bukan pemburu bulan, karena dia belum mampu menaklukkannya.

Mungkin ini yang pepatah bilang “bermimpilah setinggi langit”, tanpa berpikir semua yang diimpikan belum tentu baik untuk diusahakan. Menurutku kalian bukan lagi saling mengimpikan, karena pada kenyataannya kalian pernah bersama.

Kamu, sungguh bukan penakluk yang tangguh, bukan pula pelari yang hebat, ataupun pemburu lihai. Kamu hanya pemerhati yang baik, yang selalu menopang saat dia jatuh, mengangkat saat dia tak mampu berdiri, merindu saat dia beranjak pergi, dan lalu hanya bisa pergi untuk menjadi pemerhati lagi.  

Kamu hanya perindu yang tulus, yang hanya bisa berharap ia akan melirikmu. Datang lalu pergi saat waktu itu tiba? Jika hanya itu kemampuanmu, mundurlah. Karena dia bulan, yang banyak bintang mengelilingi bukan hanya kamu.

Saat kamu berdiam, pesaingmu ada diseribu langkah di depanmu. Jangan berhenti untuk berusaha, jika usahamu terhenti maka jangan pernah memulainya. Karena usaha hanya akan berhenti jika telah sampai pada tujuan.

Hargai hatimu sebelum menghargai hatinya. Kamu tak akan mengerti apa yang dia rasa jika kamu hanya mencoba mengerti dia. Tanpa kamu sendiri tau apa  yang kamu rasa. Kamu bilang itu cinta? Bukan cinta jika terus memberi pengorbanan. Cinta, satu alasan untuk seseorang bahagia dengan berbagi rasa. Cinta, butuh lawan untuk berbagi segala hal. Bahkan Tuhan mengizinkanku mencintai-Nya karena Ia membuatku percaya hadir-Nya untuk menjawab segala do’a.

Ketulusanmu mungkin akan  terbalas, tapi mungkin setelah kamu sendiri mengerti apa yang kamu rasa. Karena kamu akan tersadar, saat kamu mengerti rasamu itu untuk disampaikan bukan untuk dipertontonkan. Jadilah perindu bulan, jika hanya terus ingin memandanginya. Tapi teruslah berusaha mengerti, memburu, dan menyampaikan jika memang dia sasaran tepat untukmu meletakkan lelah.


Ada yang Tuhan ciptakan tak bermata, tak berhidung, bahkan tak berwujud. Tapi dia lah penyempurna hidup, Cinta. Jika bukan kamu penyampainya maka panahmu tak akan terhenti tepat  dihatinya.